Yang ingin menulis-menulislah, yang ingin bermusik-bermusiklah, yang ingin menyanyi-menyanyilah, yang ingin melukis-melukislah, yang ingin menari-menarilah, yang ingin apa saja kerjakanlah! Sebagaimana Robi'ah, Rumi, Walibah, hingga Dzunnun al-Mishri, Tak ada yang tabu, tak ada yang salah untuk menuju sudut Yang Satu, Melalui jalan manapun, Asal kau tempuh dengan ruh; bahwa yang tercatat adalah ilmu-Nya, yang berirama adalah instrumen-Nya, yang bersuara adalah anugrah-Nya, yang terlukis adalah keindahan-Nya, yang bergerak adalah kuasa-Nya, Maka jika kau ingin apa, kerjakanlah, asal kesemuanya bermuara lillahi ta'ala.

Jeruk Seharga Dua Ribu Lima Ratus


Sekitar pukul  2 siang tadi, saat saya pulang dari kediaman Kakak ke-3 saya di daerah dekat pasar dan terminal, sambil tetap sarungan, sengaja saya mampir ke seorang penjaja buah jeruk mandarin, yang memang kebetulan ibu saya minta dibawakan buah tersebut.
“A, Jerukna sabarahaan?” tanyaku pada sang penjual yang secara umur masih terlihat muda.
“Dua puluh rebu sakilo, Jang.” Jawabnya.
aku bertanya lagi, “Pami hijian sabaraha a?”
“Dua rebu lima ratus, Jang”
“Wah, manawi teh sapuluh rebu kenging lima a” tawarku sambil tertawa kecil.
“Duh, teu acan kenging, Jang”. Tukasnya.
Aku yang memang punya pengalaman kurang mengenakan dengan tawar menawar dengan seorang penjual dulu, akhirnya tak memaksa lagi.
“Nya tos wios a, sapuluh rebueun we”. Sambil ku berikan uang sepuluh ribu.
Penjual tersebut menerima uang yang aku sodorkan dan mulai memasukan buah jeruk mandarin ke dalam kresek putih.
“Nu sae nya a.” Ujarku.
Ia tampak berfikir beberapa saat, padahal hanya untuk memilih 4 buah jeruk. Aku pun sibuk memandang sekeliling, barangkali ada yang mau di beli lagi.
“Ieu Jang.”
Aku menoleh hendak menerima kresek putih yang ia sodorkan.
Namun kemudian aku mengernyitkan dahi, “Atuh lima geuningan a.”
“Muhun, wios jang, candak wae.”
“Duh, haturnuhun atuh nya... sing berkah we rizqina atuh nya a..”
Sambil melangkah menuju motor, bahkan ketika perjalanan pulang, tak henti-hentinya saya tersenyum, serta mendoakan kebaikan bagi penjual tadi.

Kebanyakan dari kita memang memiliki kecenderungan merasa bahagia ketika diberi ketimbang memberi. Jika kita amati, memang secara lahir, ketika kita diberi sesuatu oleh seseorang maka apa yang kita miliki bertambah, dan ketika kita memberi sesuatu kepada orang lain, maka berkuranglah apa yang kita miliki. Namun secara bathin, ada perasaan lain yang membuat kita bahagia ketika kita memberi.


Termasuk diri saya, yang siang itu diberi satu buah jeruk seharga dua ribu lima ratus.  Doa-doa memohon kebaikan terus mengalir bagi si pemberi.

Penulis : Satu Menit ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Jeruk Seharga Dua Ribu Lima Ratus ini dipublish oleh Satu Menit pada hari Kamis, 30 Januari 2014. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 1komentar: di postingan Jeruk Seharga Dua Ribu Lima Ratus
 

1 komentar: