Yang ingin menulis-menulislah, yang ingin bermusik-bermusiklah, yang ingin menyanyi-menyanyilah, yang ingin melukis-melukislah, yang ingin menari-menarilah, yang ingin apa saja kerjakanlah! Sebagaimana Robi'ah, Rumi, Walibah, hingga Dzunnun al-Mishri, Tak ada yang tabu, tak ada yang salah untuk menuju sudut Yang Satu, Melalui jalan manapun, Asal kau tempuh dengan ruh; bahwa yang tercatat adalah ilmu-Nya, yang berirama adalah instrumen-Nya, yang bersuara adalah anugrah-Nya, yang terlukis adalah keindahan-Nya, yang bergerak adalah kuasa-Nya, Maka jika kau ingin apa, kerjakanlah, asal kesemuanya bermuara lillahi ta'ala.

3 Jari



Rasa sakit kadang ada bukan untuk memberi penderitaan pada si pesakitan, tapi ada yang lebih berharga dari sekedar penderitaan, namun juga pelajaran.

Dulu, mungkin sekitar 10 tahun yang lalu. Di sebuah pondok pesantren di daerah terpencil, di balik Gunung Tampomas. Seorang remaja lulusan SMP memulai pendidikannya untuk belajar agama lebih mendalam. Di tahun pertama, tak seperti teman-temannya yang lain, ia tidak bersekolah karena alasan ekonomi. Ia hanya berstatus sebagai santri takhasus.

Ia begitu pendiam, hingga rutinitas kesehariannya pun tak lepas hanya di empat tempat, di kobongnya (lantai atas), mesjid pesantren ketika menghafal dan belajar, kolah atau kamar mandi tempat ia bersuci dan rumah seorang ustadzah tempat ia makan.

Remaja ini cukup berseka dalam kesehariannya, di kobongnya, ia terbiasa membereskan kamar sebesar ruangan kelas yang dihuni oleh lebih dari 20 orang, yang setiap hari pasti berantakan. Mandi pun dalam sehari bisa sampai 4 kali, yaitu sebelum shubuh, setelah mengaji pagi (pukul 7), sebelum dzuhur dan sebelum maghrib.

Namun seberseka apapun, tetap saja remaja ini terkena penyakit yang sering diderita oleh para santri, yakni penyakit budug (gatal-gatal) di beberapa bagian tubuhnya. Hanya saja karena apiknya pakaian, selama penyakit gatal-gatal itu menjamah tubuhnya, teman-temannya tak ada yang tahu.
Tak sebentar penyakit ini bersarang, mungkin terhitung sekitar dua bulan remaja ini mengalami gatal-gatal, salah satunya pada bagian jari manis dan jari kelingking pada tangan kanannya. Dan otomatis, ia harus berhati-hati ketika melakukan segala hal serta menyentuh apapun disekitarnya, termasuk ketika makan.

Dan secara tidak sadar Allah sedang mengajarinya sesuatu, ia terbiasa makan dengan 3 jari, bahkan ketika jari kelingking dan jari manisnya telah sembuh, ia tetap makan dengan 3 jarinya. Padahal sebelumnya ia hanya sebatas tahu teori hadits tentang anjuran makan dengan menggunakan tiga jari, dan saat itu Allah menghendakinya untuk mengikuti jejak Nabi-Nya. Hingga orang-orang sekelilingnya seringkali terenyuh melihat caranya makan.

Begitulah, hikmah kehidupan seringkali tak terduga mengarah kemana. Sebuah jawaban muncul karena hadirnya pertanyaan.

Penulis : Satu Menit ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel 3 Jari ini dipublish oleh Satu Menit pada hari Kamis, 31 Desember 2015. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan 3 Jari
 

0 komentar:

Posting Komentar