AIR HUJAN
Yang ingin menulis-menulislah, yang ingin bermusik-bermusiklah, yang ingin menyanyi-menyanyilah, yang ingin melukis-melukislah, yang ingin menari-menarilah, yang ingin apa saja kerjakanlah! Sebagaimana Robi'ah, Rumi, Walibah, hingga Dzunnun al-Mishri, Tak ada yang tabu, tak ada yang salah untuk menuju sudut Yang Satu, Melalui jalan manapun, Asal kau tempuh dengan ruh; bahwa yang tercatat adalah ilmu-Nya, yang berirama adalah instrumen-Nya, yang bersuara adalah anugrah-Nya, yang terlukis adalah keindahan-Nya, yang bergerak adalah kuasa-Nya, Maka jika kau ingin apa, kerjakanlah, asal kesemuanya bermuara lillahi ta'ala.

Tentang Maksiat



Ini salah...
sangat salah.
Titik ujungnya sudah terlihat sangat buruk
Ini memang jalan yang salah
Tak sesuai koridor
Dan Menyalahi keharusan
Semua orang jua tahu,
Ini salah...

Sangat salah.
READMORE
 

3 Jari



Rasa sakit kadang ada bukan untuk memberi penderitaan pada si pesakitan, tapi ada yang lebih berharga dari sekedar penderitaan, namun juga pelajaran.

Dulu, mungkin sekitar 10 tahun yang lalu. Di sebuah pondok pesantren di daerah terpencil, di balik Gunung Tampomas. Seorang remaja lulusan SMP memulai pendidikannya untuk belajar agama lebih mendalam. Di tahun pertama, tak seperti teman-temannya yang lain, ia tidak bersekolah karena alasan ekonomi. Ia hanya berstatus sebagai santri takhasus.

Ia begitu pendiam, hingga rutinitas kesehariannya pun tak lepas hanya di empat tempat, di kobongnya (lantai atas), mesjid pesantren ketika menghafal dan belajar, kolah atau kamar mandi tempat ia bersuci dan rumah seorang ustadzah tempat ia makan.

Remaja ini cukup berseka dalam kesehariannya, di kobongnya, ia terbiasa membereskan kamar sebesar ruangan kelas yang dihuni oleh lebih dari 20 orang, yang setiap hari pasti berantakan. Mandi pun dalam sehari bisa sampai 4 kali, yaitu sebelum shubuh, setelah mengaji pagi (pukul 7), sebelum dzuhur dan sebelum maghrib.

Namun seberseka apapun, tetap saja remaja ini terkena penyakit yang sering diderita oleh para santri, yakni penyakit budug (gatal-gatal) di beberapa bagian tubuhnya. Hanya saja karena apiknya pakaian, selama penyakit gatal-gatal itu menjamah tubuhnya, teman-temannya tak ada yang tahu.
Tak sebentar penyakit ini bersarang, mungkin terhitung sekitar dua bulan remaja ini mengalami gatal-gatal, salah satunya pada bagian jari manis dan jari kelingking pada tangan kanannya. Dan otomatis, ia harus berhati-hati ketika melakukan segala hal serta menyentuh apapun disekitarnya, termasuk ketika makan.

Dan secara tidak sadar Allah sedang mengajarinya sesuatu, ia terbiasa makan dengan 3 jari, bahkan ketika jari kelingking dan jari manisnya telah sembuh, ia tetap makan dengan 3 jarinya. Padahal sebelumnya ia hanya sebatas tahu teori hadits tentang anjuran makan dengan menggunakan tiga jari, dan saat itu Allah menghendakinya untuk mengikuti jejak Nabi-Nya. Hingga orang-orang sekelilingnya seringkali terenyuh melihat caranya makan.

Begitulah, hikmah kehidupan seringkali tak terduga mengarah kemana. Sebuah jawaban muncul karena hadirnya pertanyaan.
READMORE
 

Bayang-Bayang Rembulan



Ini sebuah kisah kecil..
Tentang seorang muda yang diam di tempatnya.
Sebenarnya ia hampir tak muda lagi.
Begitu nyaman diberi kasih sayang yang berlebihan.
Tapi tidak begitu dengan hatinya.
Yang ia inginkan saat ini hanyalah terus berjalan.
Mendobrak pintu rumah yang begitu membelenggu.
Kemudian berlari.
Bermaksud mengganti langkah-langkah keterlambatannya.

Dan si pemuda ini masih diam...
Tak berjalan, apalagi berlari.
Hatinya tak tega meninggalkan sang bulan dalam rumah.
Yang seorang diri namun berbayang sebelas,
Aku salah satunya.
Hanya saja, tak hanya bayangannya,
Tapi rupa aslinya pun ada di dalam rumah.

Bingung melanda.
Ia tahu, bahwa kesuksesan diri didapat dari mengkristalnya keringat.
Akhirnya ia berlari di tempat.
Berharap akan ada keringat yang keluar.
Meski tak sehebat keringat orang-orang di luar pintu.
Namun tetap ia jenuh.
Tak melihat dunia luar pintu.

Pernah ia berhasil membuka kunci pintu,
Hendak mulai berlari pikirnya.
Namun ketika ia hendak keluar,
Sayup-sayup ia mendengar bisik-bisik dari sepuluh bayangan lainnya.
Biar ku bayar orang dari luar pintu untuk menjaga sang bulan, begitu ujar salah satu bayangan..
Namun bisik-bisik yang tak sengaja ia dengar alih-alih membuatnya memulai sprint panjangnya.
Ia terpukul oleh kata-kata itu.
Mengapa harus orang dari luar pintu yang menjaga sang bulan?
Mereka bukanlah bayang-bayang sang bulan.
Memalukan sekali.
Kemanakah bayangan yang sebelas itu.

Akhirnya ia diam.
Tak berlari, apalgi melakukan perlarian.
Ia pelan-pelan menggelondongkan bola salju tekadnya.
Berpuasa dari segala nafsu keinginan.
Berharap menjadi mutiara indah yang terkukung dalam kerang.
Agar jika suatu saat itu datang.
Ia bisa membuka pintu itu dengan elegan, tanpa paksaan.
Dan ketika ia keluar rumah.
Sebuah jet sengaja turun dari langit,
Terpukau oleh indahnya mutiara.
kemudian mengajak mutiara itu ikut serta.
Dan bermanuver indah menuju tujuan dengan begitu cepatnya.
Meninggalkan mereka yang berlari,

dan mereka yang berkendara.
READMORE
 

Jeruk Seharga Dua Ribu Lima Ratus


Sekitar pukul  2 siang tadi, saat saya pulang dari kediaman Kakak ke-3 saya di daerah dekat pasar dan terminal, sambil tetap sarungan, sengaja saya mampir ke seorang penjaja buah jeruk mandarin, yang memang kebetulan ibu saya minta dibawakan buah tersebut.
“A, Jerukna sabarahaan?” tanyaku pada sang penjual yang secara umur masih terlihat muda.
“Dua puluh rebu sakilo, Jang.” Jawabnya.
aku bertanya lagi, “Pami hijian sabaraha a?”
“Dua rebu lima ratus, Jang”
“Wah, manawi teh sapuluh rebu kenging lima a” tawarku sambil tertawa kecil.
“Duh, teu acan kenging, Jang”. Tukasnya.
Aku yang memang punya pengalaman kurang mengenakan dengan tawar menawar dengan seorang penjual dulu, akhirnya tak memaksa lagi.
“Nya tos wios a, sapuluh rebueun we”. Sambil ku berikan uang sepuluh ribu.
Penjual tersebut menerima uang yang aku sodorkan dan mulai memasukan buah jeruk mandarin ke dalam kresek putih.
“Nu sae nya a.” Ujarku.
Ia tampak berfikir beberapa saat, padahal hanya untuk memilih 4 buah jeruk. Aku pun sibuk memandang sekeliling, barangkali ada yang mau di beli lagi.
“Ieu Jang.”
Aku menoleh hendak menerima kresek putih yang ia sodorkan.
Namun kemudian aku mengernyitkan dahi, “Atuh lima geuningan a.”
“Muhun, wios jang, candak wae.”
“Duh, haturnuhun atuh nya... sing berkah we rizqina atuh nya a..”
Sambil melangkah menuju motor, bahkan ketika perjalanan pulang, tak henti-hentinya saya tersenyum, serta mendoakan kebaikan bagi penjual tadi.

Kebanyakan dari kita memang memiliki kecenderungan merasa bahagia ketika diberi ketimbang memberi. Jika kita amati, memang secara lahir, ketika kita diberi sesuatu oleh seseorang maka apa yang kita miliki bertambah, dan ketika kita memberi sesuatu kepada orang lain, maka berkuranglah apa yang kita miliki. Namun secara bathin, ada perasaan lain yang membuat kita bahagia ketika kita memberi.


Termasuk diri saya, yang siang itu diberi satu buah jeruk seharga dua ribu lima ratus.  Doa-doa memohon kebaikan terus mengalir bagi si pemberi.
READMORE
 

Resep Herbal Untuk Penderita Diabetes





Posting ini, sebenarnya untuk catatan pribadi saja (diluar alasan agar tidak disebut “hiatsu”, hehe). sebuah resep dari seorang tabib untuk ibu saya yang kebetulan menderita diabetes. namun jika ternyata bermanfaat bagi anda, Alhamdulillah... mangga dicoba.

Berikut daftar bahan herbal yang diperlukan:
Daun Salam
10 Lembar
Sereh
3 Batang
Cengkeh
7 Butir
Laos
1 Ibu Jari
Jahe
1 Ibu Jari
Daun Sukun
2 Lembar

Semua bahan tersebut direbus dengan 5 gelas air, untuk kemudian menjadi 3 gelas sajian. (Ramuan diminum 1 gelas perhari atau dengan kata lain seluruh ramuan di atas untuk 3 hari sajian).


READMORE
 

Sajak Sang Putri Bintang

Layaknya bintang-bintang di langit malam.
Setiap bintang memiliki keistimewaan yang berbeda-beda,
Tidak semua bintang memiliki warna yang sama.
Namun,….semuanya memiliki kilau yang indah.
Begitu pula manusia,…Tak ada yang sama dalam dunia ini, Kehidupan yang dijalani setiap orang selalu berbeda.
Namun, bukan dan tidak akan pernah menjadi alasan bagi seseorang untuk redup, Karena Tuhan tak pernah salah akan makhluk ciptaan-NYA
Maka…… Bersinarlah!!!
Asahlah batu permata dalam jiwamu,
Tunjukkan kilaunya pada duniaBersinarlah seperti bintang
Karena bintang selalu menyinari di kegelapan malam
Karena setiap jiwa manusia adalah bintang


(kepadamu, yang kini hilang, tak terjaga. Aku minta maaf)
READMORE
 

Sholawat Obat



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
طِبِّ اْلقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا
وَعَافِيَةِ اْلاَبْدَانِ وَشِفَائِهَا
وَنُوْرِاْلاَبْصَارِ وَضِيَائِهَا
وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ .


READMORE